Tumakninah
didefinisikan dalam kitab Fath al-qarib yaitu:
وهى سكون بعد
حركة فيه اى الركوع الطمأ نينة “Berhenti
sebentar sesudah bergerak dalam rukuk”. Tumakninah merupakan bagian dari
rukun sholat yang terdapat pada beberapa tempat yaitu saat rukuk, saat I’tidal “bangun dari rukuk
lalu berdiri tegak”, saat sujud,
dan ketika duduk iftirasy “ bangun dari sujud sampai duduk tenang”.
Dalil yang menunjukkan bahwa tumakninah
merupakan rukun sholat ialah seperti hadis yang bersumber dari Abu Hurairah,
Nabi bersabda kepada Khallad bin Rafi’:
اذاقمت الي الصلاة فأسبغ الوضوء ثم استقبل
القبلة فكبر ثم اقرأ بما تيسر معك من القران ثم اركع حتى تطمئن راكعا ثم ارفع حتي تستوي
قائما ثم اسجد حتي تطمئن ساجدا ثم ارفع حتي تطمئن جالسا ثم اسجد حتي تطمئن ساجدا ثم ارفع حتي تطمئن جالسا ثم افعل ذلك في صلاتك كلها
“Apabila kamu
hendak sholat sempurnakanlah wudlu lalu menghadaplah ke kiblat, lalu lakukan
takbiratul ihram, lalu bacalah surat Al-qur’an yang mudah kamu hafal lalu
ruku’lah sampai kamu thuma’ninah dalam posisi ruku’ lalu bangkitlah sampai kamu
berdiri tegak, lalu sujudlah sampai kamu thuma’ninah dalam posisi duduk, lalu
sujudlah sampai kamu thuma’ninah dalam posisi sujud. Lakukanlah hal itu dalam
seluruh shalatmu” (HR. Imam Sab’ah).
أقل
الاطمئنا في الركوع : هو أن يمكث في هيئة الركوع حتى تستقر أعضاؤه راكعا قدر
تسبيحة في الركوع والسجود و في الرفع منها.
"Kadar
minimal tumakninah didalam rukuk: ialah berada dalam keadaan tidak bergerak kesemua
anggota-anggotanya dengan kadar sekali tasbih dalam rukuk dan sujud, dan
bangkit dari melakukan kedua-duanya" (Al-Fiqh Al-Islami 1/657).
FUNGSI TUMAKNINAH
Dalam surat
Al-Ankabut ayat 45 yang artinya “Sesungguhnya shalat memiliki kekuatan
mengubah perilaku manusia dari perbuatan keji dan munkar”.
Gerakan tubuh
pada waktu sholat tidak dilakukan dengan hentakan atau gerakan keras seperti
halnya orang yang melakukan senam dalam peregangan otot, akan tetapi gerakan
sholat dilakukan dengan rileks dan pengendoran tubuh secara alamiah. Pada saat
seseorang thuma’ninah dalam sholat mengandung aspek meditasi yang sangat jelas.
Saat berdiri ia akan berdiri dengan tenang dan kendor agar seluruh organ tubuh
berada pada posisinya secara alami. Berbeda dengan berdirinya orang yang sedang
mengikuti upacara bendera ataupun yang lainnya sehingga terlihat kaku dan
terpola yang membuat orang mudah merasa jenuh dan stres karena berdiri secara
tidak alami. Riset beberapa dokter terkemuka meyakini bahwa penyakit-penyakit
modern dan penuaan dini disebabkan oleh ketidakmampuan orang dalam menghadapi stres.
Kebanyakan orang menganggap bahwa
bacaan dalam setiap gerakan shalat dijadikan sebagai ukuran waktu selesainya
sikap berdiri, duduk, ruku’, maupun sujud. Padahal bacaan itu bukanlah sebuah
ukuran dalam shalat kita, setiap bacaan yang diulang-ulang merupakan aspek
meditasi , autoterapi, autosugesti, berdoa, mencari inspirasi, penyembuhan,
bahkan untuk menemukan sebuah ketenangan yang dalam. Orang yang melakukan shalat
dengan tumakninah akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya, sehingga
tubuh merasa segar. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah sangat yakin bahwa
shalat merupakan jalan yang ampuh untuk mengubah perilaku manusia menjadi
berakhlak mulia.
MAKNA TUMAKNINAH
Mengenai makna tumakninah disebutkan dalam kitab “Nailul Authar
Syarh Muntaqa Al-Akhbar li As-Syaukani”
yaitu sebagai berikut:
باب السجدة الثانية ولزوم الطمأنينة في الركوع والسجود والرفع عنهما
عن أبي هريرة: (أن رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وآله وسلم دخل المسجد فدخل رجل فصلى ثم جاء فسلم على النبي صلى اللَّه عليه وسلم فقال: ارجع فصل فإنك لم تصل فرجع فصلى كما صلى ثم جاء فسلم على النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم فقال: ارجع فصل فإنك لم تصل فرجع فصلى كما صلى ثم جاء فسلم على النبي صلى اللَّه عليه وآله وسلم فقال: ارجع فصل فإنك لم تصل ثلاثًا فقال: والذي بعثك بالحق ما أحسن غيره فعلمني فقال: إذا قمت إلى الصلاة فكبر ثم اقرأ ما تيسر معك من القرآن ثم اركع حتى تطمئن راكعًا ثم ارفع حتى تعتدل قائمًا ثم اسجد حتى تطمئن ساجدًا ثم ارفع حتى تطمئن جالسًا ثم اسجد حتى تطمئن ساجدًا ثم افعل ذلك في الصلاة كلها).
Hadis ini menerangkan ada seorang
sahabat yang masuk ke masjid dan shalat dengan terburu-buru tanpa ada tumakninah,
lalu Nabi menyuruh ia untuk mengulangi shalatnya itu sampai tiga kali, sehingga
ia menyempurnakan rukuk dan sujudnya dengan tumakninah.
Makna
tumakninah yang dimaksud adalah ketenangan, kalau tidak ada tumakninah maka
tidak ada ketenangan di dalamnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Seburuk-buruk
pencuri ialah pencuri dalam shalat, siapa pencuri dalam shalat? mereka adalah
orang-orang yang gagal dalam menyempurnakan rukuk dan sujud.” (Riwayat Ibn
Khuzaimah, Ahmad, At Thabrani, dan Al-Hakim). Hadis ini memiliki sanad shahih
yang memenuhi syarat Bukhari dan Muslim.
Kadar tumakninah terdapat
perselisihan, ada yang menjadikan tasbih sebagai bilangan lamanya thuma’ninah
seperti: “Subhaana robbiyal a’laa”. Ibnu Taimiyyah meletakkan syarat
kadar masa tumakninah dalam rukuk dan sujud dengan tiga kali tasbih oleh karena
itu disunnahkan membacanya tiga kali.
Menurut
Madzhab Hanafi tumakninah di dalam rukuk, i’tidal, sujud, dan duduk diantara
dua sujud hukumnya wajib bukan fardlu artinya ketika meninggalkannya tidak
membatalkan shalat, bagi jumhur ulama termasuk madzhab Syafi’i, tumakninah di
dalam rukuk, sujud, dan duduk diantara dua sujud adalah fardlu serta merupakan
rukun shalat, maka tanpa tumakninah shalat menjadi tidak sah.
Komentar
Posting Komentar