Anjuran dan Perintah Talqin Kepada Jenazah





Talqin Mayat Ketika Sakaratul-Maut


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “ Talqinkanlah orang yang sakaratul-maut diantara kamu dengan ucapan La ilaha illallah”. (HR. Muslim).



Komentar Imam Nawawi:

معناه من حضره الموت والمراد ذكروه لا إله إلا الله لتكون آخر كالمه كما في الحديث من كان آخر كالمه لا إله إلا الله دخل الجنة والأمر بهذا التلقين أمر ندب وأجمع العلماء على هذا التلقين وكرهوا االكثار عليه والمواالة لئال يضجر بضيق حاله وشدة كربه فيكره ذلك بقلبه ويتكلم بما ال يليق قالوا وإذا قاله مرة ال يكرر عليه إال أن يتكلم بعده بكالم آخر فيعاد التعريض به ليكون آخر كالمه ويتضمن الحديث الحضور عند المحتضر لتذكيره وتأنيسه واغماض عينيه والقيام بحقوقه وهذا مجما عليه


Maknanya, siapa yang sedang mengalami sakratul-maut, maka ingatkanlah ia dengan ucapan ‘ لاإله إلا الله ‘ agar kalimat terakhirnya adalah ‘ لا إله إلا الله ‘ sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, “Siapa yang akhir kalamnya adalah: ‘ لا إله إلا الله ‘, maka ia masuk surga”. Perintah talqin ini adalah perintah anjuran. 


Para ulama telah Ijma’ tentang talqin ini. Para ulama memakruhkan memperbanyak talqin dan terus menerus tanpa henti agar orang yang sedang sakaratul-mau itu tidak kacau karena kondisinya yang sedang sulit dan berat hingga menyebabkan tidak suka dalam hatinya dan ia mengatakan kata-kata yang tidak layak.

Menurut para ulama, jika orang yang sakaratul-maut itu telah mengucapkan ‘ لا إله إلا الله ‘ satu kali, maka tidak perlu lagi mengulangi talqin. Kecuali jika setelah mengucapkan itu ia mengucapkan kata-kata lain, maka talqin diulang lagi agar akhir kalamnya adalah ‘ لا إله إلا الله ‘. Hadits ini juga mengandung makna anjuran agar hadir di tempat orang yang sedang menjalani sakaratul-mau untuk mengingatkannya, berbuat baik kepadanya, menutupkan kedua matanya dan melaksanakan hak-haknya. Semua perkara ini disepakati para ulama berdasarkan Ijma’165.

Ulama ikhtilaf tentang talqin mayat setelah dikuburkan. Berikut ini pendapat para ulama:

Dalil-Dalil Talqin Mayat Setelah Dikubur.

الطَّبَرَانِيُّ عَنْ أبَي أُمَامَةَ : } إذَا أَنَا مِتُّ فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَليْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصْنَاَ بِمَوْتاَنَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : إذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتمُ الترُّابَ عَلَى قَبْرِهِ ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ ، ثُمَّ لْيَقُلْ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلَا يُجِيبُ ، ثُمَّ يَقُولُ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِ ي قَاعِدًا ثُمَّ يَقُولُ : يَا فُلَانُ بْنُ فُلَانَةَ ؛ فَإِنَّه يَقُولُ : أرَشِدْنَا يَرْحَمْكَ اللَّه وَلَكِنْ لَا تشَعُرُونَ . فَلْيَقُلْ : اُذْكُرْ مَا خَرَجْت عَلَيْهِ مِنْ الدُّنْيَا : شَهَادَةَ أنَْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّه وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّك رَضِيت بِالَلِّه رَبًّا ، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا ، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا ، وَبِالْقُرْآنِ إمَامًا ف إِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ


Riwayat Imam ath-Thabrani dari Abu Umamah, ia berkata : “Apabila aku mati, maka lakukanlah terhadapku sebagaimana Rasulullah Saw memerintahkan kami melakukannya terhadap orang yang mati diantara kami. Rasulullah Saw memerintahkan kami seraya berkata: “Apabila salah seorang saudara kamu mati, lalu kamu ratakan tanah kuburannya, hendaklah seseorang berdiri di sisi kepala kuburnya seraya mengucapkan: “Wahai fulan bin fulanah”. Sesungguhnya ia mendengarnya, akan tetapi ia tidak menjawab. Kemudian katakana: “Wahai fulan bin fulanah”. Maka ia pun duduk. 

Kemudian orang yang membaca talqin itu mengatakan: “Wahai fulan bin fulanah”. Maka ia menjawab: “Bimbinglah kami, semoga Allah merahmatimu”. Akan tetapi kamu tidak dapat merasakannya. Hendaklah orang yang membacakan talqin itu mengucapkan: “Ingatlah apa yang engkau bawa ketika keluar dari dunia, syahadat kesaksian tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul Allah. Sesungguhnya engkau ridha Allah sebagai Tuhan. Islam sebagai agama. Muhammad sebagai nabi. Qur’an sebagai imam”. Maka malaikat Munkar dan Nakir saling menarik tangan satu sama lain seraya berkata: “Marilah kita pergi. Untuk apa kita duduk di sisi orang yang jawabannya telah diajarkan”. Seorang laki laki bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak diketahui nama ibunya ?”. Rasulullah Saw menjawab: “Dinisbatkan kepada Hawa. Wahai fulan anak Hawa”.

Komentar Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
 َوِإسْنادُهُ صَالِحٌ . َوَقْد َقَواهُ الضِياءُ ِفي َأحْكَامِه

“Sanadnya shalih (baik). Dikuatkan Imam Dhiya’uddin dalam kitab Ahkam-nya”. Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan beberapa riwayat lain yang semakna dengan hadits ini dalam kitab Talkhish al-Habir.

Riwayat Pertama:           

مَا رَوَاهُ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ مِنْ طَرِيقِ رَاشِدِ بْنِ سَعْدٍ ، وَضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ ، وَغَيْرِهِمَا قَالُوا : } إذ ا سُ وِيَ عَلَى الْمَي تِ قَبْرُهُ وَانْصَرَفَ النَّاسُ عَنْهُ ، كَانُوا يَسْتحَبُّونَ أَنْ يُقَالَ لِلْمَيتِ عِنْدَ قَبْرِهِ : يَا فُلَانُ قُلْ : لَا إلَهَ إلَّا اللّه ، قُلْ : أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّه ،ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، قُلْ : رَب ي اللَّه ، وَدِينِي الْإِسْلَامُ ، وَنَبِ ي مُحَمَّدٌ . ثُمَّ يَنْصَرِفُ { .

Diriwayatkan Sa’id bin Manshur, dari jalur Rasyid bin Sa’d, Dhamrah bin Habib dan lainnya, mereka berkata: “Apabila kubur mayat telah diratakan, orang banyak telah beranjak, mereka menganjurkan agar dikatakan kepada mayat di sisi kuburnya: “Wahai fulan, katakanlah tiada

tuhan selain Allah. Katakanlah: aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Tiga kali. Katakanlah: Tuhanku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad” . Kemudian beranjak.

Riwayat Kedua:
َوَرَوى الطَبَرانِيُ ِمْن حَدِيثِ ْالحَكَمِ ْبِن ْالحَارِثِ السُلِميَِأَنُه َقالَ َلُهْم : { إذَا دَفَنُتُمونِي َوَرشَشْتُم عَلَى َقْبِري ْالَماءَ ، َفُقومُوا عَلَى َقْبِري َواسَْتْقِبُلوا ْالِقْبَلَة َوادْعُوا ِلي . }

Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari hadits al-Hakam bin al-Harits as-Sulami, ia berkata kepada mereka: “Apabila kamu telah menguburku dan kamu telah menyiramkan air di atas kuburku, maka berdirilah kamu di sisi kuburku, menghadaplah ke arah kiblat, dan berdoalah untukku”.

Riwayat Ketiga:
وَرَوَى ابْنُ مَاجَهْ مِنْ طَرِيقِ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَي بِ ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ فِي حَدِيثٍ سِيقَ بَعْضُهُ ، وَفِيهِ : } فَ لَمَّا سَوَّى اللَّبِنَ عَلَيْهَا ، قَامَ إلَى جَانِبِ الْقَبْرِ ، ثُمَّ قَالَ : اللَّهُمَّ جَافِ الْأرَْضَ عَنْ جَنْبَيْهَا ، وَصَعِ دْ رُوحَهَا ، وَلَقِ هَا مِنْك رِضْوَانًا { .
Diriwayatkan Ibnu Majah dari jalur riwayat Sa’id bin al-Musayyib, dari Ibnu Umar dalam hadits, diantara isinya: “Apabila salah seorang kamu telah meratakan labin (batu dari tanah liat dijemur) di atas kubur, maka ia berdiri di sisi kubur, kemudian berkata: “Ya Allah, keringkanlah tanah di

kedua sisinya, naikkanlah ruhnya, berikanlah ridha kepadanya dari sisi -Mu”.

Riwayat Keempat:
وَفِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ قَالَ لَهُمْ فِي حَدِيثٍ عِنْدَ مَوْتِهِ : " إذَا دَفَنْتُمُونِي أَقِيمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَ مَا يُنْحَرُجَزُورٍ وَيُقَسَّمُ لَحْمُهَا حَتَّى أَسْتأَْنِسَ بِكُمْ ، وَأَعْلَمَ مَاذَا أرَُاجِاُ رُسُلَ رَب ي " .
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya, bahwa sahabat nabi bernama ‘Amr bin al-‘Ash berkata kepada keluarganya: “Apabila kamu mengubur aku, maka tegaklah setelah itu di sekitar kuburku sekira -kira selama orang menyembelih hewan sembelihan dan membagi-bagi dagingnya, hingga aku merasa tenang dengan kamu dan aku dapat melihat apa yang ditanyakan malaikat utusan Tuhanku”. (Hadits riwayat Imam Muslim).

Riwayat Kelima:
حَدِيثُ : } أَنَّهُ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَي تِ وَقَفَ عَلَيْهِ ، وَقَالَ : اسْ تغَْعِرُوا لِأخَِيكُمْ وَاسْألَُوا لَهُ التثَّْبِيتَ ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْألَُ { . أَبُو دَاوُد ، وَالْحَاكِمُ وَالْبَزَّارُ عَنْ عُثْمَانَ

Hadits: sesungguhnya Rasulullah Saw, apabila telah selesai mengubur jenazah, beliau berdiri di sisi makam seraya berkata: “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kamu, mohonkanlah agar ia diberi ketetapan, karena ia sekarang sedang ditanya”. (Hadits riwayat Abu Daud, al-Hakim dan Al-Bazzar dari ‘Utsman)166.

Hadits Lain:

حديث: « لقنوا موتاكم ال إله إال الله  .»قال المحب الطبري وابن الهمام والشوكاني وغيرهم لعظ موتاكم نص في األموات وتناوله للحاي المحتضار مجااز فاال يصاار إليه إال بقرينة وحيث ال توجد قرينة تصرفه عن حقيقته إلى مجازه فشموله لألموات أولى إن لم يقتصر عليهم فقط والله  أعلم.
Hadits: “Talqinkanlah orang yang mati diantara kamu dengan ucapan: La ilaha illallah”. (Hadits riwayat Muslim, Abu Daud dan an-Nasa’i).


Komentar Ulama Tentang Makna Kata موتاكم:

Imam al-Muhibb ath-Thabari, Ibnu al-Hammam, Imam asy-Syaukani dan lainnya berpendapat: Kata موتاكم adalah teks untuk orang yang sudah mati. موتااكم digunakan untuk orang yang masih hidup ketika sekarat sebagai bentuk Majaz, tidak digunakan untuk orang hidup kecuali dengan qarinah (indikasi), jika tidak ada qarinah yang mengalihkan maknanya dari makna sebenarnya kepada makna Majaz, maka lebih utama penggunaannya kepada makna untuk orang yang sudah mati, meskipun tidak terbatas hanya untuk orang yang sudah mati saja, wallahu a’lam.

Pendapat Ulama Ahli Hadits.

Imam Ibnu ash-Shalah:

وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصالح رحمه الله  عنه فقال التلقين هو الذى نختاره ونعمل به قال وروينا فيه حديثا من حديث أبى امامة ليس إسناده بالقائم لكن اعتضد بشواهد وبعمل أهل الشام قديما

Syekh Abu ‘Amr bin ash-Shalah ditanya tentang talqin, ia menjawab: “Talqin yang kami pilih dan yang kami amalkan, telah diriwayatkan kepada kami satu hadits dari hadits Abu Umamah, sanadnya tidak tegak/tidak kuat. Akan tetapi didukung hadits -hadits lain yang semakna dengannya dan dengan amalan penduduk negeri Syam sejak zaman dahulu167.

Pendapat Ahli Hadits Syekh Abdullah bin Muhammad ash -Shiddiq al-Ghumari:

إن التلقين جرى عليه العمل قديما فى الشام زمن أحمد بن حنبل وقبله بكثير، وفى قرطبة ونواحيها حوالى المائة الخامسة فما بعدها إلى نكبة األندلس ، وذكر بعض العلماء من المالكية والشافعية والحنابلة الذين أجازوه ، وذكر أن حديث أبى أمامة ضعيف ، لكن الحافظ ابن حجر قال فى "التلخيص " إسناده صحيح ، إسناده صالح ألن له طرقا وشواهد

Sesungguhnya talqin telah dilaksanakan di negeri Syam sejak zaman Imam Ahmad bin Hanbal dan lama sebelumnya, juga di Cordova (Spanyol) dan sekitarnya kira-kira abad ke lima dan setelahnya hingga sekitar Andalusia. Syekh Abdullah al-Ghumari menyebutkan beberapa ulama dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi’I dan Hanbali yang membolehkannya . Ia juga menyebutkan bahwa hadits riwayat Abu Umamah adalah hadits dha’if, akan tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam kitab Talkhish al-Habir: sanadnya shahih. Menurut Syekh Abdullah al-Ghumari sanadnya baik, karena memiliki beberapa jalur lain168.


Pendapat Ahli Fiqh.

Pendapat Ibnu al-‘Arabi:

قال ابن العربي في مسالكه إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب تلقينه في تلك السااعة وهاو فعال أهال المديناة والصاالحين مان األخيار ألنه مطابق لقوله تعالى ﴿ وذكر فإن الاذكرى تنعاا المايمنين و، وأحاو ماا يكاون العباد إلاى التاذكير بااهلل عناد سايال المالئكة.

Ibnu al-‘Arabi berkata dalam kitab al-Masalik : “Apabila mayat dimasukkan ke dalam kubur, dianjurkan agar di-talqin-kan pada saat itu. Ini adalah perbuatan penduduk Madinah dan orang-orang shaleh pilihan, karena sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. (Qs. adz-Dzariyat [51]: 55). Seorang hamba sangat butuh untuk diingatkan kepada Allah ketika ditanya malaikat169.



Pendapat Ibnu Taimiah:

هذا التلقين المذكور قد نقل عن طائعة من الصحابة : أنهم أمروا به كأبي أمامه الباهلي وغيره وروي فيه حديث عن النبي صلى الله  عليه و سلم لكنه مما ال يحكم بصحته ولم يكن كثير من الصحابة يععل ذلك فلهذا قال اإلمام أحمد وغيره من العلماء
               أن هذا التلقين ال بأس به فرخ صوا فيه ولم يأمروا به واستحبه طائعة من أصحاب الشافعي وأحمد وكره طائعة من العلماء من أصحاب مالك وغيرهم

Talqin yang disebutkan ini telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa mereka memerintahkannya, seperti Abu Umamah al-Bahili dan lainnya , diriwayatkan hadits dari Rasulullah Saw, akan tetapi tidak dapat dihukum shahih, tidak banyak shahabat yang melakukannya, oleh sebab itu Imam Ahmad dan ulama lainnya berkata, “Talqin ini boleh dilakukan, mereka memberikan rukhshah (dispensasi keringanan), mereka tidak merintahkannya. Dianjurkan oleh sekelompok ulama mazhab Syafi’i dah Hanbali, dimakruhkan sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan lainnya 170.



Pendapat Imam an-Nawawi:

قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب دفنه فيجلس عند رأسه انسان ويقول يا فالن ابن فالن ويا عبد الله  ابن أمة الله  اذكر العهد الذى خرجت عليه من الدنيا شهادة أن ال اله وحده ال شريك له وأن محمدا عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية الريب فيها وأن الله  يبعث من في القبور وأنك رضيت باهلل ربا وباالسالم دينا وبمحمد صلى الله  عليه وسلم نبيا وبالقرآن إماما وبالكعبة قبلة وبالميمنين إخوانا زاد الشيخ نصر ربي الله  ال إله اال هو عله توكلت وهو رب العرش العظيم فهذا التلقين عندهم مستحب ممن نص علي استحبابه القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر المقدسي والرافعي وغيرهم

Para ulama mazhab Syafii menganjurkan talqin mayat setelah dikuburkan, ada seseorang yang duduk di sisi kubur bagian kepala dan berkata: “Wahai fulan bin fulan, wahai hamba Allah anak dari hamba Allah, ingatlah perjanjian yang engkau keluar dari dunia dengannya, kesaksian tiada tuhan selain Allah, hanya Dia saja, tiada sekutu baginya, sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, sesungguhnya surga itu benar, sesungguhnya neraka itu benar, sesungguhnya hari berbangkit itu benar, sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, tiada keraguan baginya, sesungguhnya Allah membangkitkan orang yang di kubur, sesungguhnya engkau ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, al-Qur’an sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, orang-orang beriman sebagai saudara” . Syekh Nashr menambahkan: “Tuhanku Allah, tiada tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakkal, Dialah emilik ‘Arsy yang agung”. Talqin ini dianjurkan menurut mereka, diantara yang menyebutkan secara nash bahwa talqin itu dianjurkan adalah al-Qadhi Husein, al-Mutawalli, Syekh Nashr al-Maqdisi, ar-Rafi’i dan selain mereka171.
  
يستحب أن يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغعر له نص عليه الشافعي واتعق عليه االصحاب قالوا ويستحب أن يقرأ عنده شئ من القرآن وإن ختموا القرآن كان أفضل وقال جماعات من أصحابنا يستحب أن يلقن

Dianjurkan berdiam diri sejenak di sisi kubur setelah pemakaman, berdoa untuk mayat dan memohonkan ampunan untuknya, demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash, disepakati oleh para ulama mazhab Syafi’i, mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-Qur’an, jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka lebih afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan172.


Catatan
165 Imam an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, juz.VI (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Araby, 1392H), hal.219.
166 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Talkhish al-Habir, juz.II, hal.396-398.
167 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.304.
168 Majallah al-Islam, jilid.3, edisi.10.
169 Hawamisy Mawahib al-Jalil, juz.II, hal. 238.
170 Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa, juz.XXIV (Dar al-Wafa, 1426H), hal.296.
171 Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, juz.V, hal.304.
172 Ibid., hal.294.

173 Fatawa al-Azhar, juz.VIII, hal.303.


Dikutip dari Abdul Shomad, Lc, MA. 37 Masalah Populer.


Pendapat Syekh ‘Athiyyah Shaqar Mufti Al-Azhar:

أن هذا العمل ال يضر األحياء وال األموات ، بل ينتعا به األحياء تذكرة وعبرة، فال مانا منه .
Talqin tidak memudharatkan orang yang masih hidup dan orang yang sudah wafat, bahkan memberikan manfaat bagi orang yang masih hidup, peringatan dan pelajaran, maka tidak ada larangan membacakan Talqin untuk mayat173.


Bacaan Talqin yang dianjurkan.

Teks Bacaan Talqin banyak ragamnya. Berikut ini Teks Bacaan Talqin Berbahasa Indonesia:


بسمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. لآاله الاّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌ دَائِمٌ لاَيَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ. كُلِّ شَيئٍ هَالِكٌ اِلاَّ وَجْهَهُ. لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُونَ. كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ المَوْتِ. وَاِنَّمَا تُوَفَّونَ اُجُورَكُمْ يَومَ الْقِيَامَةِ. فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّاسِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ. وَمَاالْحَيَوةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الغُرُورِ. مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ, فِيْهَا نُعِيْدُكُمْ, وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى. مِنْهَاخَلَقْنَاكُمْ لِلْأَجْرِ وَالثَّوابِ. وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ لِلدُّودِ والتُّرَابِ. وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ لَلْعَرْضِ وَالْحِسَابِ. بِسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَمِنَ اللَّهِ وَاِلَى اللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَذَامَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ. اِنْ كَانَتْ اِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ.


Hai …………. bin/binti ……………,! 
Sekarang kamu sudah keluar dari dunia ini beserta kemewahannya, menuju ke alam akhirat, maka dari itu jangan lupa kamu perjanjian ketika kamu di dunia yaitu kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Alloh, dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Sekarang kamu berada di suatu tempat yang baru kamu kenal. Jika kamu nanti kedatangan dua Malaikat yang telah diserahi Alloh untuk bertanya kepadamu, maka janganlah kamu takut atau gemetar atau keder menghadapinya. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dua Malaikat tersebut adalah juga mahluk dari sebagian mahluk Alloh. Jika kedua Malaikat itu datang kepadamu, mendudukkanmu, dan bertanya kepadamu seperti ini : Hai manusia, siapa Tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa I’tiqodmu (kepercayaanmu), dimana kiblatmu dan apa yang kamu ucapkan ketika kamu hidup dan saat mati, maka jawablah dengan jelas dan mantap: Bahwa Tuhanku adalah Alloh. Seandainya kamu ditanya yang kedua kalinya, maka jawablah Alloh Tuhanku. Seandainya kamu ditanya yang ketiga kalinya, maka jawablah dengan mantap, tidak perlu gentar dan takut : Alloh Tuhanku, Islam agamku, Nabi Muhammad Nabiku, Al-Qur’an panutanku, Ka’bah kiblatku, Shalat sehari semalam kewajibanku, semua orang Islam saudaraku. Saya hidup dan mati menetapi ucapan :
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ .

Hai …………. Bin/binti ……………! 
Pegang teguhlah wahai saudaraku hujjah yang telah saya ajarkan kepadamu ini. Ingatlah kamu sekarang telah menetap di alam barzah sampai hari kiamat, yaitu hari para makhluk dibangkitkan dari kuburnya.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kematian itu haq (benar), Qubur itu haq, nikmat Alloh (didalam kubur) itu haq, siksa qubur itu haq, pertanyaan Malaikat Munkar Nakir itu haq, hari kebangkitan itu haq, hari perhitungan itu haq, syafa’at Nabi Muhammad itu haq, surga itu haq, neraka itu haq, bertemu dengan Alloh itu haq, dan Alloh akan membangkitkan manusia dari alam qubur itu haq.

نَسْتَوْدِعُكَ اللّهُمَّ يَا أَنِيْسَ كُلِّ وَحِيْدٍ وَيَا حَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ آنِسْ وَحْدَتَنَا وَوَحْدَتَهُ وَارْحَمْ غُرْبَتَنَا وَغُرْبَتَهُ وَلَقِّنْهُ حُجَّتَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِيْنَ



Sumber Talqin
“Tatacara NU Merawat Jenazah”, oleh Tim Penyusun PCNU Kota Surabaya, diterbitkan oleh PC.LTNNU Kota Surabaya, cet.1 - 2011.



Baca Juga

Komentar