Ketika Imam Nawawi Kehabisan Minyak




Ketika Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani sedang menulis kitab Maraqil Ubudiyah yang merupakan syarah (penjelasan) kitab Bidayatul Hidayah milik Imam Ghazali, lampu beliau kehabisan minyak hingga membuat proses menulisnya terhenti.

Kebetulan saat itu beliau sedang melakukan perjalanan menggunakan Haudjad (rumah-rumahan di atas unta). Beliau yang kesulitan untuk menulis kemudian berdoa kepada Allah, jika sekiranya kitabnya ini baik dan bisa bermanfaat bagi umat, maka beliau meminta cahaya agar beliau bisa meneruskan menulis.

Tiba-tiba, dengan izin Allah jempol kaki beliau (riwayat lain menyebutkan jempol tangan kiri) menyala, layaknya sebuah lilin, hingga akhirnya beliau bisa menyelesaikan kitabnya tersebut. Bekas hitam akibat nyala api di jempol itu masih membekas hingga beliau wafat, malah menjadi hikmah tersendiri karena ketika pemerintah Hijaz mengadakan program wajib militer, beliau tidak diterima sebab ada bekas api di jempolnya itu.

Hal ini menandakan penjagaan Allah atas diri beliau. Karena jika saat itu beliau menjadi tentara, mungkin tidak akan banyak kitab yang beliau tulis seperti yang saat ini bertebaran. Allah memang telah mengkhususkan beliau untuk menjadi salah satu penjaga ilmu-Nya di dunia.

Hal ini terbukti dengan banyaknya kitab-kitab agama karangan beliau yang masih terus dikaji hingga saat ini, bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia.

Kisah ini telah masyhur dan diceritakan oleh banyak ulama khususnya yang berada di Indonesia. Sebab hampir semua sanad keilmuan para ulama di Indonesia melewati Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani, sehingga kisah ini diriwayatkan secara berkala dan turun-temurun.

Lahul Fatihah......


Hisyam Zamroni

Baca Juga

Komentar