MENGAPA HADATS BESAR ATAU JUNUB WAJIB MANDI BESAR/ JANABAH ?
INI PENJELASAN KH. SHOLEH DARAT
Oleh : M. In'amuzzahidin
Bagi yang mempunyai hadats besar atau junub, maka ia wajib mandi besar/ mandi janabah. Kyai Sholeh Darat mengibaratkan junub itu bagaikan ibarat ketika cinta selain Allah, atau saat seseorang mengira ada sesuatu selain Allah swt. yang dapat memberi manfaat dan madlarat. Oleh karena itu, orang semacam wajib mandi junub dengan menggunakan air tauhid, air taubat, dan air ikhlash.
Kyai Sholeh Darat berkata
"utawi junub iku ibarate nalikane demen liyane Allah utowo nalikane nyono-nyono setuhune suwiji-wiji makhluk iku bisa aweh madlarat atowo aweh manfaat, maka ati mengkono iku junub. Mongko wajib arep ngedusi kelawan banyu tauhid lan banyu taubat lan banyu ikhlas."
Apa yang disampaikan Kyai Sholeh di atas sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw. "tawadldla'û bi bismillâh. Artinya: "berwudlulah kalian semua dengan air ismullah.
Dalam menjelaskan tauhid, Kyai Sholeh juga masih menggunakan bahasa air lagi. Menurutnya, dalam rangka mentauhidkan Allah, maka seseorang harus mensucikan nafsunya dengan air meninggalkan maksiat. Dalam rangka mensucikan hati, maka seseorang harus merasa tidak memiliki amal dan ketaatan. Dan dalam rangka mensucikan asrar, seseorang agar tidak melihat keindahan dunia. Sedang dalam rangka mensucikan ruh, seseorang tidak boleh mencintai selain Allah.
Kyai Sholeh Darat berkata :
"lan tauhidaken ing Allah, mongko wajib nuceni nafsune kelawan banyu ninggal maksiat. Lan wajib nuceni atine kelawan banyu tinggal rumongso tho'at, tegese ojo pisan-pisan rumongso duwen amal tho'at. Lan wajib nuceni asrar iro ojo kasi ningali gumebyare dunyo. Lan wajib nuceni ruh iro ojo kasi condong demen liyane Allah swt."
Adapun kewajiban mandi junub terkait erat dengan cerita nabi Adam as. dan kenikmatan syajarah (pohon khuldi/langgeng) yang ada di surga. Syajarah adalah makanan yang paling nikmat di surga, yang tidak ada bandingannya. Dan kenikmatan jima' adalah atsar dari kenikmatan syajarah yang pernah dirasakan oleh Nabi Adam AS.
Dengan mandi janabat, seseorang dapat mensucikan dirinya dari hadats besar, dan akhirnya dapat melaksanakan shalat, dan berhadapan dengan Allah Yang Maha Agung. Berbeda dengan kewajiban wudlu' yang bersal dari aktifitas makan minum. Karenanya, semua anggota yang berkaitan dengan proses pencarian dan makan minumnya, wajib dibasuh dan dibersihkan saat melaksanakan wudlu'.
Adapun riwayat yang terkait dengan kewajban mandi janabah, Kyai Sholeh Darat menyebutkan sebuah riwayat dari Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, yang disampaikan oleh Imam al-Tsa'labi. Imam Ali mengisahkan ada sepuluh sahabat yang bertanya kepada Rasulullah. "ya Muhammad, kenapa Allah perintah mandi janabat karena junub. Kenapa Allah tidak perintah mandi janabah sebab kencing. Padahal kencing dan berak adalah najis. Sedang mani tidak najis, tapi kenapa disuruh mandi. Kemudian Rasulullah menjawab bahwa sesungguhnya Nabi Adam as ketika makan syajarah (pohon khuldi) masuk hingga ke otot-otot dan rambut-rambutnya. Demikian halnya saat seseorang jima' atau berhubungan suami istri, maka turunlah syajarahd ke semua rambutnya hingga semua ototnya juga. Karena itu, Allah swt mewajibkan mandi janabah kepada orang yang junub. Dengan mandi tersebut, ada proses mensucikan hadats besar, kafarat/ tebusan, dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya, yaitu berupa nimatnya jima'.
Kyai Sholeh Darat setidaknya juga memberikan tiga alasan tentang kenapa jimak menyebabkan adanya kewajiban mandi janabah.
Pertama, karena datangnya syahwat dengan keluar air mani adalah sebuah kenikmatan yang secara lahiriah dirasakan oleh seluruh anggota badan. Oleh karena itu, seluruh anggota tubuh harus dimandikan, untuk bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.
Kedua, mandi janabah meliputi semua anggota badan secara lahir dan batin. Karena saat jimak memerlukan kekuatan semua badan. Sehingga orang yang setelah melakukan hubungan suami istri, biasanya fisiknya menjadi lelah dan lemas. Dengan mandi, maka kekuatan yang ada bisa segera pulih dan dapat membangkitkan tenaganya kembali. Karena air dapat menghidupkan segala sesuatu.
Ketiga, mandi janabah itu menjadi wajib, karena menjadi wasilah ila al-shalah/wasilah untuk shalat. Sedangkan shalat adalah amalan yang berhadapan langsung dengan Allah, berdiri di hadapan Allah yang Maha Agung. Maka siapa yang akan shalat menghadap kepada Allah swt., harus dalam keadaan suci seluruh badannya atau setengah badannya. Dengan kondisi ini seseorang menjadi lebih dekat kepada Allah swt.
Sampai di sini dapat dikatakan, bahwa berwudlu' maupun mandi janabah adalah upaya untuk membersihkan dan mensucikan badan dan hati manusia. Antara badan zhahir dan qalb ruhani ada
Berbeda dengan tujuan mandi janabat, memandikan mayyit muslim yang telah meninggal dunia bertujuan memuliakan mayyit atau memberikan kesempatan rehat/ istirahat, sesaat setelah masyaqat naza' al-ruh atau capek dan beratnya keluarnya nyawa dari badan.
Kyai Sholeh Darat berkata :
"anapun ngedusi mayyit islam mongko iku iya wajib lan klebu ahkam al-syari'ah. Tetapi ora mergo najis lan ora mergo hadats atowo janabah, mengkono ora. Balik wajib ngedusi mayyit kerono arah aweh rohat marang mayyit saking sak wuse wus masyaqate naza' al-ruh".
(Muhammad Shâlih ibn 'Umar, Hâdzihî Kitâb Lathâ'if al-Thahârah, hlm. 9-12
SEMARANG, 2 JANUARI 2018
BY : AJISELERA (PENGAJIAN SELASA SORE KYAI SHOLEH DARAT) NURUL HIDAYAH PEDURUNGAN LOR SEMARANG
KOPISODA (KOMUNITAS PECINTA KYAI SHOLEH DARAT)
Komentar
Posting Komentar