NIAT PUASA: ROMADLONI ATAU ROMADLONA?

**

Penting dibaca...!

Kata ROMADLON termasuk Isim Ghairu Munshorif (karena isim alam dan tambahan alif dan nun),  apabila dalam kondisi i'rob Jer, maka alamatnya menggunakan FATHAH menjadi (ROMADLONA), namun apabila isim tersebut  disandarkan kepada lafadz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan Alif-Lam (AL), maka tanda i'rob Jernya menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (NI) bukan (NA). 

Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata

وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِف

Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin (Isim Ghairu Munshorif), selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya.

Jadi redaksi niat puasa Romadlon yang benar adalah sebagai berikut : 

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى

NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADHIHIS-SANATI LILLAAHI TA'ALA.

Jika diterjemahkan adalah "aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon dari tahun ini, karena Allah ta'ala"

Nah, dalam redaksi niat di atas, apabila lafadz Romadlon dibaca Fathah (ROMADLONA) bukan (Ni) dengan tidak mengidlofahkan kepada lafadz setelahnya yaitu lafadz (HADZIHIS SANATI), maka lafadz (HADZIHIS SANATI) secara ilmu nahwu (gramatika bahasa arab) seharusnya menjadi Dhorof, yang harus dibaca HADZIHIS SANATA (TA) bukan (TI), karena status i'robnya adalah Nashob, sehingga redaksi niatnya menjadi sebagai berikut :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ  لِلّه تَعَالَى
NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I: FARDHI SYAHRI ROMADHOONA HADHIHIS-SANATA FARDLON LILLAAHI TA'ALA.

Maka jika redaksinya sebagaimana di atas ini,  secara bahasa arab terjadi perubahan makna, menjadi sebagai berikut :

(Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadlon, selama setahun ini).

Kenapa begitu ?
Karena lafadz HADZIHIS SANATA status sebagai Dhorof yang menunjukkan waktu dilaksanakannya suatu pekerjaan yang dalam hal ini pekerjaannya adalah niat atau puasa, padahal niat hanya membutuhkan waktu beberapa detik, demikian halnya puasa hanya butuh beberapa jam tidak sampai satu tahun.

Sehingga apabila niat puasa memggunakan redaksi sebagaimana di atas ROMADLONA (NA) dan HADZIHIS SANATA (TA), maka redaksinya menjadi salah.

Oleh karena itu, redaksi niat yang benar adalah sebagaimana yang pertama di atas yaitu :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى

NAWAITU SHOUMA GHODIN 'AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADHIHIS-SANATI FARDLON LILLAAHI TA'ALA.

Di dalam Kitab I'anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut :

يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ اْلإِشَارَة

Romadloni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena statusnya menjadi Mudlof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh.

Kitab I'anah Thalibin

(قوله: نويت إلـخ) خبر عن أكملها: أي أكملها هذا اللفظ. (قوله: صوم غد) هو الـيوم الذي يـلـي اللـيـلة التـي نوى فـيها. (قوله: عن أداء فرض رمضان) قال فـي النهاية: يغنـي عن ذكر الأداء أن يقول عن هذا الرمضان. اهــــ. (قوله: بـالـجرّ لإِضافته لـما بعده) أي يقرأ رمضان بـالـجرّ بـالكسرة، لكونه مضافاً إلـى ما بعده، وهو اسم الإِشارة. قال فـي التـحفة: واحتـيج لإِضافة

Baca Juga

Komentar