Tanya:
Sugeng Pak Mus, melalui rubrik ini saya mau ikutan minta penie
Boleh kan?
Begini Pak Mus. Sebagai remaja, saat ini saya merasa cemas a bertanya-tanya. Pada saat tertentu, saya mengeluarkan cairan de celana menjadi basah. Saya yakin betul Pak Mus bahwa cairan it bukanlah cairan sperma.
Nah, yang kami tanyakan, apakah jika saya mengeluarkan cairan tersebut saya harus mandi besar (seperti setelah mengalami mimpi basah ) sebelum mengerjakan salat? Ataukah cukup dicuci dan berganti celana saja?
Sungguh Pak Mus, dengan seringnya mengeluarkan cairan seperti itu, saya jadi ragu-ragu untuk mengerjakan salat. Soalnya takut tidak sah salatnya. Tolong deh Pak Mus, mohon nasehat dan penjelasannya.
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.
(Tiyo'- Semarang)
Jawab:
Sugeng Dik Tiyo'. Saya justru senang, Dik Tiyo' meminta penjelasan mengenai sesuatu yang boleh jadi kebanyakan remaja malu menanyakannya. Apalagi pertanyaan itu demi mendapatkan kepastian bagi pelaksanaan ibadah yang sangat penting bagi hamba. Salat.
Nah, langsung saya jawab ya.
Selain kencing dan mani, ada dua cairan lain yang dibicarakan di fikih. Yaitu Madzi dan Wadi.
Wadi, biasanya keluar mengiringi kencing, warnanya putih agak pekat. Sedangkan Madzi, biasanya keluar pada saat gairah dan warnanya putih agak bening dan lengket.
Keduanya-baik wadi maupun madzi-hukumnya seperti kencing saja. Najis. Orang yang mengeluarkannya juga tak harus mandi nabah dulu apabila akan melakukan salat. Cukup mencuci dan berwudhu.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata:
كنت رجلا مذاء وكنت أستحي أن أسأل النبي صلى الله عليه وسلم لمكان ابنته فأمرت المقداد بن الأسود فسأله فقال يغسل ذكره ويتوضأ (رواه مسلم)
"Aku adalah lelaki yang sering mengeluarkan madzi, aku malu mau bertanya langsung kepada Rasulullah Saw. karena hubunganku dengan putri beliau, maka aku minta Al-Miqdad bin Al-Aswad untuk menanyakannya. Rasulullah Saw. memberi jawaban: Suruh dia mencuci dzakarnya dan berwudhu."(HR Imam Muslim)
Cukup jelas Dik Tiyo' ya. Mudah-mudahan tidak ragu-ragu lagi. Tapi titip pesan sedikit, boleh? Itu yang bikin Dik Tiyo' "basah apa tidak bisa dikurangi? Syukur ditinggalkan, diganti dengan kegiatan yang lebih dewasa dan sehat. Maaf lho!
Wallaahu Alam.[]
Dikutip verbatim dari KH Ahmad Mustofa Bisri Fikih Keseharian Gus Mus Surabaya Khalista hlm 118-119.
Komentar
Posting Komentar