Mengatur Keuangan Keluarga Sesuai Syariah dan Sunnah


Oleh Ust Rijal Mumazziq Z.

Memenej keuangan rumahtangga itu penting. Bahkan sensitif. Harus dimusyawarahkan, biar klir, dan nggak melahirkan masalah baru.

Ada yang tipikal suami bekerja, istri bekerja, keuangan dikelola bersama.

Ada juga yang suami bekerja, istri tidak, dan gaji suami dipasrahkan ke istri untuk dikelola dengan baik sebagai manajer keuangan "dalam negeri" Sedangkan suami hanya pegang fulus sekedarnya. Ini tipe S.U.A.M.I alias Semua Uang Adalah Milik Istri. Khakhakhakha.

Ada pula yang suami bekerja, istri ibu rumahtangga, dijatah perbulan. Kalaupun istri nyambi kerja sampingan, penghasilannya untuk dirinya sendiri dan kebutuhan sekunder maupun tersiernya.

Saya masuk tipe terakhir. Saya cari fulus, istri mengurusi wilayah "dalam negeri", dijatah perbulan untuk sangu pribadi, dan jatah belanja kebutuhan rumahtangga perminggu plus jajan duo krucils. Kalaupun nyonyah besar sekarang nyambi jualan baju secara daring, keuntungan ya buat dia sendiri. Yang penting dia menikmati aktivitas dagangnya ini, di sela-sela mengasuh duo krucils pelanggan setia Kinderjoy dan Yupi itu.

Ketika awal menikah, guru saya almarhum H. Izzat Abidy, pernah berpesan: istri itu bagian dari suami. Satu tubuh. Satu jiwa. Tulang rusuk. Tubuh dan darah daging yang baik harus didukung dengan tukang rusuk yang kokoh. Dan kekuatan ini hanya bisa diatasi dengan memberikan nutrisi yang cukup. Dalam hal ini berarti jatah bulanan yang pas. Tidak kekurangan sehingga membuat istri stres, juga tidak berlebihan yang membuatnya boros.

Sampai saat ini prinsip tersebut saya ugemi. Semakin royal anak kepada ayah dan ibunya, semakin lancar rezekinya. Semakin suami nyah-nyoh kepada istri, semakin lantjar djaja rezeki rumahtangganya.

Biasanya, ketika kondisi keuangan saya mepet sedangkan kebutuhan menggunung dan cicilan di sana-sini, saya pilih menyerahkan isi dompet kepada ibu saya, selanjutnya ngajak jalan-jalan dan mentraktir istri serta duo krucils. Bisa di-titeni, setelah itu (biasanya jarak 2 hari sampai seminggu) ada saja gantinya, jumlahnya lebih banyak dan seringkali min haitsu la yahtasib.

Percaya atau tidak, ya monggo. Tapi dalam kondisi saya belum sugih beneran, ini jenis "pesugihan syar'i" yang saya praktikkan dan tokcer mencukupi kebutuhan dalam kemepetan. Khakhakhakha. 

Royal-lah kepada ibu-bapak, nyah-nyoh-lah kepada nyonyah.

Baca Juga

Komentar