Ust. Ma'ruf Khozin
Soal posisi jamaah merapatkan shaf hukumnya adalah Sunah. Jika tidak rapat maka hukumnya makruh, namun tidak sampai membatalkan shalat.
Khilafiyah dalam hal ini adalah seputar apakah tidak merapatkan shaf tetap mendapatkan keutamaan shalat berjamaah atau tidak? Berikut uraian Syekh Al-Bujairimi dari kalangan Madzhab Syafi'i:
ﻓَﻘَﺪْ ﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺪْﺏِ ﺳَﺪِّ ﻓُﺮَﺝِ اﻟﺼُّﻔُﻮﻑِ ﻭَﺃَﻥْ ﻻَ ﻳَﺸْﺮَﻉَ ﻓِﻲ ﺻَﻒٍّ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺘِﻢَّ ﻣَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻪُ، ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﻔْﺴِﺢَ ﻟِﻤَﻦْ ﻳُﺮِﻳﺪُﻩُ
Asy-Syaafi'i menjelaskan anjuran menutup celah-celah dalam shaf shalat, tidak dianjurkan membuat barisan Shaf baru sebelum yang didepan sempurna dan memberi keleluasaan bagi jamaah yang menghendakinya
ﻓَﻠَﻮْ ﺧَﺎﻟَﻔُﻮا ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﻛُﺮِﻫَﺖْ ﺻَﻼَﺗُﻬُﻢْ، ﻭَﻓَﺎﺗَﺘْﻬُﻢْ ﻓَﻀِﻴﻠَﺔُ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﺷَﺮْﺡُ ﻣ ﺭ.
Jika makmum tidak melakukan hal di atas maka mereka melakukan hal-hal makruh dalam shalat dan mereka tidak mendapatkan keutamaan shalat berjamaah
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﺇﻥَّ اﺭْﺗِﻜَﺎﺏَ ﻛُﻞِّ ﻣَﻜْﺮُﻭﻩٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔُ اﻟْﻤَﻄْﻠُﻮﺑَﺔُ ﻳَﻔُﻮﺗُﻬَﺎ
Ibnu Qasim mengatakan setiap perbuatan Makruh dapat menghilangkan keutamaan shalat berjamaah
ﻭَﻧَﻘَﻞَ ﺳﻢ ﻋَﻦْ اﺑْﻦِ ﺣَﺠَﺮٍ ﻣِﺜْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﺃَﻗَﺮَّﻩُ
Ibnu Qasim juga mengutip penjelasan yang sama dari Ibnu Hajar, dan beliau mengakuinya
ﻟَﻜِﻦْ ﻓِﻲ ﻓَﺘَﺎﻭَﻯ اﺑْﻦِ اﻟﺮَّﻣْﻠِﻲِّ ﺃَﻥَّ اﻟﺼُّﻔُﻮﻑَ اﻟﻤﻘﻄﻌﺔ ﺗَﺤْﺼُﻞُ ﻟَﻬُﻢْ ﻓَﻀِﻴﻠَﺔُ اﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﺩُﻭﻥَ ﻓَﻀِﻴﻠَﺔِ اﻟﺼَّﻒِّ اﻷَْﻭَّﻝِ
Namun dijelaskan dalam Fatawa Ar-Ramli bahwa shaf yang terputus tetap mendapatkan keutamaan shalat berjamaah, bukan keutamaan shaf pertama
ﻭَﻧُﻘِﻞَ ﻣِﺜْﻞُ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻦْ اﻟﺸَّﺮَﻑِ اﻟْﻤُﻨَﺎﻭِﻱِّ ﻭَﻋَﻦْ ﺷَﻴْﺦِ اﻹِْﺳْﻼَﻡِ ﻫَﺬَا ﻭَﻗَﺪْ ﻋَﻠِﻤْﺖ ﺃَﻥَّ اﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪَ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﻣ ﺭ.
Hal yang sama juga dikutip dari Al-Munawi dan Syaikh Al Islam. Dan kau ketahui bahwa pendapat yang kuat adalah pendapat Ar-Ramli (Bujairimi Khatib 2/135)
Komentar
Posting Komentar