Yai Najib dan Dua Madzhab Teraweh

M. Kholid Syirazi


Saya sangat berduka dengan kabar berpulangnya Kyai Najib Alhafiz. Saking terkejutnya, kalimat pertama yang keluar spontan dari mulut saya bukan istirja', tetapi ucapan 'Ya Allah Ya Allah..' Kontan terbayang wajah sejuk dan aura ikhlas Kyai Najib, sang penjaga Alqur'an yang mustaqim. Rasanya, pada diri beliau, tidak ada bekas tanda-tanda kecintaan kepada dunia.

Yai Najib, saya ingin mengenangnya dengan cara sederhana sebagai santri Krapyak. Beliau adalah simbol dari aliran teraweh. Setiap Ramadan tiba, santri Krapyak terbelah dalam dua aliran. Setelah salat isya' yang dipimpin Mbah Zainal (Allah yarham), aliran pertama geser ke samping masjid. Mengambil tempat di aula, teraweh dilakukan pendek, 20 rakaat plus 3, beres paling lama setengah jam. Imamnya, seingat saya, guru Aliyah. Peserta aliran ini santri umum, termasuk--dan kebanyakan--penganut madzhab Jum'atan bawah pohon sawo

Aliran kedua teraweh 1 juz tiap malam. Selesai jam 9 malam. Imamnya Yai Najib. Peserta intinya santri madrasah Huffadz, plus tambahan yang lain. Di pekan pertama Ramadan, shafnya bisa sampai belakang. Pekan-pekan berikutnya, 'pemain' tambahan, seperti saya, geser ke samping. Tinggal peserta inti yang bertahan sebagai makmum Yai Najib. Mereka teraweh, sekaligus 'nglalar' hafalan melalui bacaan Yai Najib. 

Beliau telah menelorkan para penjaga Alqur'an di seantero nusantara. InsyaAllah, dengan keikhlasan beliau, amal ini adalah lentera yang menerangi jalan beliau kembali ke haribaan-Nya.

Sugeng kundur Yai..

Inna lillah wa inna ilayhi rajiun.

Baca Juga

Komentar