Ust Ahmad Sarwat
Tidak ada keadaan umat yang lebih berbahaya lebih dari beragama tanpa ilmu.
Ah, masak sih. Kok segitunya?
Bukankah yang paling utama itu kemurnian aqidah, ketaatan dan kepatuhan serta penghambatan kepada Allah SWT?
Bukankah soal ilmu itu tidak penting? Bukankah banyak orang berilmu tapi keblinger? Bukankah banyak ulama su' yang kerjanya hanya menjilat penguasa? Buat apa ngeributin urusan ilmu?
Yang penting kan jihad dan merebut tampuk kekuasaan. Karena hanya lewat kekuasaan saja kejayaan Islam akan kembali. Tidak ada Islam kecuali dengan jihad.
oOo
Nah jawaban semacam itu pastinya keluar dari mulut kalangan yang jahil dan tidak paham agama, sehingga wajah utama agama Islam pun dimutilasi, yaitu wajah keilmuan. Wajah keilmuannya malah hilang terpenggal, karena mereka benci ilmu agama.
Padahal hadharah Islamiyah atau peradaban Isam itu itu bukan dibangun di atas istana khalifah, juga bukan di atas puing-puing keruntuhan peradaban lain. Tapi dibangun di atas ilmu para ulama dan ilmuwan.
Ketika istana para Khalifah itu runtuh pada akhirnya, lalu semua orang meratapinya dengan air mata dan sedu sedan, sebenarnya istana keilmuan Islam tetap berdiri tegak tak goyah sedikit pun.
Namun istana keilmuan memang tidak dibangun dari batu dan semen, tapi dibangun dari kertas dan buku. Hanya mereka yang berilmu saja yang bisa menatap bangunannya yang megah itu.
Sayangnya sebagian besar umat Islam masuk dalam kategori awam, dan orang awam tanpa ilmu memang tidak bisa melihat apa-apa.
Mirip unta yang berjalan di gurun pasir. Tidak pernah sadar bahwa jauh di dalam bumi yang diinjak ada kandungan minyak bumi.
Mereka tidak pernah sadar selama ini hidup di tengah harta yang berlimpah. Namun karena mereka hanya satwa, mana bisa bedakan minyak bumi dan dan padang pasir.
Kalau tidak percaya, coba tengok perpustakaan dan moseum di Barat sana, negara yang dulu pernah menjajah kita. Banyak sekali karya emas para ulama kita yang dulu yang mereka bawa pulang dan jadi koleksi mereka.
Di negeri kita, kitab macam itu boleh jadi hanya jadi bungkus kacang, paling jauh cuma buat dikiloin bareng koran bekas.
Karya ulama kekinian pun sama rendahnya di mata mereka. Sama sekali tidak ada nilainya. Tidak ada sedikit pun penghargaan dan apresiasi.
Dibajak seenaknya, dibuatkan pdf-nya lalu dibagi-bagi gratisan. Orang tanpa ilmu, mana ngerti hak kekayaan intelektual.
Alasannya lucu dan menggelikan, ilmu itu milik Allah. Ulama zaman dulu tidak jualan buku. Ilmu itu milik publik, silahkan dibajak saja.
Naudzubillahi min dzalik.
oOo
Di mata orang tak berilmu, Islam hanya sekedar alat untuk merebut kekuasaan, cara untuk melegalkan mereka mengintimidasi pemeluk agama lain.
Di mata orang tak berilmu, wajah Islam hanya tampil sisi sebelah saja. Islam dibatasi hanya perang, bunuh nyawa, hukum rajam, hukum potong tangan, sabung nyawa dan anyir darah.
Di mata orang tak berilmu, Al-Quran sebatas hanya bacaan dan hafalan saja. Tak ada ilmu Al-Quran dan tak ada tafsir.
Di mata orang tak berilmu, semua perkataan dan perbuatan Nabi SAW itu harus dijalankan semuanya secara apa adanya begitu saja. Tidak kenal mana Sunnah tasyri'iyah dan mana Sunnah ghairu tasyri'iyah.
Di mata orang tak berilmu, kalau nabi tidak pernah kerjakan, berarti bid'ah, haram dan terlarang.
Di mata orang tak berilmu, lima hukum fiqih wajib, Sunnah, mubah, makruh dan haram itu tidak pernah dikenal. Yang ada cuma Sunnah dan bid'ah saja.
Di mata orang tak berilmu, yang ada cuma halal dan haram saja, sedangkan najis dan hadats tidak pernah dikenal seumur-umur.
Di mata orang tak berilmu, khilafiyah ulama itu tidak ada. Yang ada hanya hak dan batil saja. Kebenaran hanya satu, yaitu apapun yang dianggap benar oleh saya dan kelompok saya.
Di mata orang tak berilmu, ilmu tafsir dan ilmu ijtihad itu tidak pelru ada. Cukup pakai terjemahan saja kita sudah jadi ahli Qur'an dan Mujtahid mutlak mustahil yang pasti selalu mutlak kebenarannya.
Tidak ada keadaan yang lebih berbahaya melebihi lahirnya generasi Islam yang tidak paham ilmu agama.
Komentar
Posting Komentar